Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Beliau, selain menjadi Sultan Yogyakarta, Wakil Presiden Republik Indonesia, dan Pahlawan Nasional Indonesia, pun dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia layak mengingat aktivitasnya di dunia kepramukaan (kepanduan) sebelum Gerakan Pramuka lahir (sebelum 1961), saat pendirian Gerakan Pramuka, maupun awal-awal perjalanan Gerakan Pramuka. Berkat pemikiran dan kebijakan yang diambilnya Gerakan Pramuka bisa menjadi seperti sekarang ini. Karenanya sejarah kepramukaan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Bapak Pramuka Indonesia, Hamengkubuwana IX.

Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili (ibu kota Provinsi Timor Timur; saat ini negara Timor Leste) yang kemudian mengukuhkan gelar Bapak Pramuka Indonesia tersebut. Bahkan beliau pun menerima "Bronze Wolf Award", sebuah penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Di mana baru ada empat orang di Indonesia yang menerima penghargaan ini, yakni: Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1973); Abdul Aziz Saleh (1978); John Beng Kiat Liem (1982); dan Letjen TNI (Purn) H Mashudi (1985). Sebelumnya, pada tahun 1972 Sri Sultan pun mendapatkan penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America.

Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun. Hamengkubuwana IX adalah kesembilan Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Pendidikannya dimulai dari HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada 1930 ia belajar di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit Leiden), Belanda.

Pada tanggal 18 Maret 1940, ia dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta dengan judul "King of kehadiran tuan Anda Dalem ayah Sultan HB Komandan-in-action Abdurrahman Sayidin Panatagama khalifah yang kesembilan di Yogyakarta". Dia adalah seorang Sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mempromosikan kemerdekaan Indonesia. Selama pendudukan Jepang, dia melarang pengiriman romusha. Selama kemerdekaan RI, ia dan Paku Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang bergabung dengan Republik Indonesia. Selama Agresi Militer Belanda I, ia juga mengundang Presiden Soekarno untuk mengevakuasi dan memerintah Indonesia dari Yogyakarta. Hamengkubuwana IX memiliki peran kunci dalam peristiwa Serangan Umum pada 1 Maret 1949.

Hamengkubuwana IX meninggal di Washington, DC, AS, 2 Oktober 1988 pada usia 76 tahun. Ia dimakamkan di pemakaman Sultan Mataram di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.

Peran dalam Gerakan Pramuka

Sejak usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan kepramukaan. Pada 1960-an, Hamengkubuwana IX menjadi Pemimpin Tertinggi (Pemimpin Pramuka). Pada tahun 1961, ketika organisasi kepanduan di Indonesia mencoba untuk bersatu dalam satu wadah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memiliki peran penting di dalamnya. Presiden Indonesia saat itu, Ir. Soekarno, berulang kali menyetujui Sri Sultan tentang penyatuan organisasi kepanduan, pembentukan Gerakan Pramuka, dan perkembangannya.

Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden Republik Indonesia membentuk Komite Gerakan Kepanduan. Komite ini terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pengembangan Masyarakat Desa). Itu adalah komite yang kemudian dilanjutkan dengan Bill of the Movement of Scout Movement dan isu Kepres Number 238 of 1961, tertanggal 20 Mei 1961.


Pada tanggal 14 Agustus tahun 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, tetapi membuat penghargaan tinggi-tinggi Pramuka dan prosesi, juga membuat janji Mapinas (National Assembly Ketua), dan Gerakan Kwarnas Pramuka Kwarnari. Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas serta Wakil Ketua Peta Mapin (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).

Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengkubuwono IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).

Keberhasilan Sri Sultan Hamengku Buwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Beliau bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.

Atas jasa tersebutlah, Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di Dili (Ibukota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.

Hal-hal Lain Terkait Hamengku Buwana IX

Riwayat Pendidikan:
  1. Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul
  2. Eerste Europese Lagere School (1925)
  3. Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)
  4. Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi

Jabatan:
  1. Raja Kesultanan Yogyakarta (1940-1988)
  2. Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945-1988)
  3. Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (1946 - 1947)
  4. Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (1947 - 1947 dan 1947 - 1948)
  5. Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (1948 - 1949)
  6. Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (1949 - 20 1949)
  7. Menteri Pertahanan pada masa RIS (1949 - 1950)
  8. Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (1950 - 1951)
  9. Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
  10. Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)
  11. Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
  12. Ketua Federasi ASEAN Games (1958)
  13. Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (1959)
  14. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1961-1974)
  15. Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
  16. Menteri Koordinator Pembangunan (1966)
  17. Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
  18. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968)
  19. Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
  20. Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California, Amerika Serikat (1968)
  21. Wakil Presiden Republik Indonesia (1973 - 1978)

Lain-lain:
  1. Pahlawan Nasional Indonesia (ditetapkan pada 8 Juni 2003)
  2. Bapak Pramuka Indonesia (ditetapkan pada 1988)
  3. Raja Kesultanan Yogyakarta terlama (1940-1988)
  4. Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia (1945-1988) 
  5. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka dengan periode terbanyak (4 periode)
  6. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka dengan masa bakti terlama kedua (13 tahun)
  7. Orang Indonesia pertama peraih Bronze Wolf Award dari WOSM (1973)
  8. Penerima Silver World Award dari Boy Scouts of America (1972)

Itulah sejarah dan profil singkat Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Semoga bermanfaat.

Post a Comment for "Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX"